Rasa sungkan sudah menjadi trade mark orang Indonesia. Kebiasaan itu seringkali terbawa ke kantor. Bagaimana mengolah rasa sungkan supaya tidak memengaruhi kinerja? Rasa sungkan membuat bawahan tidak bisa menolak ketika sang bos memberi tugas di luar tugas rutinnya. Saat bawahan tidak bekerja dengan baik, rasa sungkan juga membuat bos enggan menegurnya. Ya, jika terus dipelihara rasa sungkan yang terbawa ke kantor akan memengaruhi kinerja kita. Pekerjaan kita menjadi kurang produktif.




MENGATASI RASA SUNGKAN PADA BOS

Di kantor, sering kali bos memberi kita tambahan pekerjaan di luar job desk. Sebagai bawahan, tentu kita merasa sungkan menolaknya. Namun, jika tambahan pekerjaan yang diberikan sudah melebihi beban pekerjaan rutin, kita bisa saja melakukan penawaran pada bos. Jangan sekadar menerimanya tetapi mengomel di belakang. Lebih baik, kita berterus terang saja bahwa pekerjaan tambahan itu akan memengaruhi pekerjaan utama kita. Hasilnya tentu tidak akan maksimal. Dari situ, kita bisa berdiskusi dengan bos, mencari jalan keluar yang tepat. 
Seorang sekretaris juga sering merasa sungkan mengingatkan ketika sang bos tidak menepati jadwal. Ada baiknya, kita mengingatkan tentang jadwal bos pada pagi hari, sebelum ia memulai aktivitasnya. Jika ia sering molor dan tidak menepatinya, kita bisa saja menjelaskan, “Pak, saya sudah membuat jadwal mohon ditepati agar jadwal di belakangnya tidak kacau.” Kita harus bisa membaca kebiasaan atasan. Jika ia sering melanggar jadwal, maka kita bisa membuat jadwal yang tidak terlalu padat. Kita harus lentur.

TIDAK SUNGKAN PINDAH KERJA

Pindah kerja bukanlah sesuatu yang haram. Namun, kita seringkali sungkan melakukannya karena takut dianggap tidak loyal pada perusahaan. Padahal, sebetulnya sah-sah saja kita pindah kerja kalau memang di tempat yang baru menjanjikan prospek masa depan yang lebih baik. Bisa secara penghasilan. Bisa juga secara kualitas. Misal; posisi kita sekarang tidak memungkinan untuk berkembang maksimal. Ketika ada peluang di kantor baru untuk mengembangkan kualitas kita, ya ambil saja kesempatan itu.
Masalahnya, kita sering kali merasa sungkan kepada rekan dan teman-teman kerja yang selama ini sudah bersikap baik. Bagaimana mengatasinya? Kita harus menceritakannya secara terbuka, termasuk alasan mengapa kita pindah. Tentang gaji, tidak perlu kita sebutkan. Dan, sebaiknya pilih waktu yang tepat, jangan mendadak karena akan menyulitkan teman-teman kita. Sebaiknya, kita menunggu sampai pengganti kita sudah ada. Waktu yang baik untuk mengajukan pengunduran diri kita paling tidak dua atau tiga bulan sebelumnya.

TIDAK SUNGKAN MENEGUR BAWAHAN

Kadang-kadang, pimpinan juga merasa sungkan untuk menegur anak buah saat ia melakukan kesalahan. Ada dilema. Di satu sisi, ingin bersikap tegas. Di sisi lain, ia tidak ingin menyakiti hati anak buahnya. Lalu, bagaimana mengatasi rasa sungkan ini? Dalam pergaulan, ada hukum tak tertulis: how to say lebih penting daripada what to say. Karena itu, saat menegur bawahan, gunakan cara dan bahasa yang santun dan sewajar mungkin. Fokuslah pada persoalan. Bukan pada personalnya. Ada baiknya, bicaralah empat mata saja. Jangan menegur di depan umum karena dapat menyinggung perasaannya.

BERPIKIR POSITIF

Rasa sungkan dalam batas wajar, bukanlah sesuatu yang buruk. Itu bisa menunjukan bahwa kita punya pengertian dan tenggang rasa yang tinggi. Namun, jika rasa sungkan itu berlebihan, ternyata dapat merugikan. Cara mengatasi rasa sungkan adalah dengan selalu berpikir positif, baik pada seseorang maupun pada persoalan. Pribadi profesional seharusnya mendasarkan setiap keputusannya atas pertimbangan akal sehat yang rasional. Bukan karena perasaan sungkan. (bhn-Mgz)

Indayati Oetomo
Direktur Internasional John Robert Powers

Artikel yang berhubungan